Gambar Mewarnai Polisi
.webp)
Halaman unduh untuk gambar mewarnai Gambar Mewarnai Polisi. Klik tombol di atas untuk mengunduh gambar dalam format PDF berkualitas tinggi, siap untuk dicetak dan diwarnai.
Gambar Mewarnai Terkait
Dongeng Terkait dari Blog
Tukang Kayu Pensiun - Cerpen
Pagi itu, langit seperti sedang malas.. abu-abu, berat, dan tidak bersemangat. Sama persis seperti suasana hati Pak Surya saat ia melangkahkan kaki ke kantor bosnya. Tangannya menggenggam topi lusuh, topi yang sudah menemani perjalanan panjangnya sebagai tukang kayu yang jujur, berdedikasi, dan, kalau boleh jujur, seringkali dibayar telat. Dengan suara serak, Pak Surya berdeham pelan. "Pak, saya rasa... sudah waktunya saya berhenti. Mau fokus ke keluarga, ke kehidupan pribadi. Mau ngurus cucu... sama ayam-ayam tetangga yang suka nyelonong ke halaman." Bosnya menatapnya, seakan dunia baru saja kehabisan persediaan pekerja rajin. Pak Surya bukan sekadar tukang kayu; dia itu mesin tua yang ajaib.. kalau disuruh kerja, jalan. Kalau disuruh libur, malah ngelap palu. Setelah beberapa detik sunyi yang canggung.. yang bahkan semut lewat pun kayaknya segan buat berisik.. bosnya menarik napas panjang. "Pak Surya," katanya dengan nada berat, "boleh satu permintaan terakhir? Satu rumah lagi. Untuk kenangan." Satu rumah lagi. Pak Surya menghela napas seperti aktor utama di drama Korea. Kepalanya mengangguk, tubuhnya setengah rela. Di dalam hatinya, sudah ada bayangan pensiun penuh kejayaan: tidur siang, minum teh, dan tidak lagi berdebat soal ukuran paku. Sayangnya, hidup suka bercanda. Mulailah pembangunan rumah "kenangan" itu. Tapi beda dari proyek-proyek sebelumnya, kali...
Baca Dongeng...Sama-sama salah - Cerita Anak
Pagi itu, suasana kelas 4B sunyi sekali. Serius banget. Pak Guru baru saja membagikan soal ulangan Matematika. Semua murid menunduk, pensil menari-nari di atas kertas seperti sedang balet angka. Pak Guru berdiri di depan kelas dan berkata dengan suara tenang tapi mantap, "Kerjakan dengan tenang ya. Jangan ngobrol. Fokus." "Siap, Pak!" jawab murid-murid serempak seperti pasukan pramuka. Lima menit berlalu. Sunyi. Sepuluh menit. Hening. Lima belas menit... Tiba-tiba, dari baris tengah terdengar suara kecil tapi jelas.. dan sangat dramatis. "Aduh... ini soal nomor tiga kayak teka-teki nenek sihir!" Itu suara Joni. Si paling ekspresif. Si paling drama. Si paling... banyak komentar. Amin yang duduk di sebelahnya langsung menoleh dan membisik.. tapi keras, "Eh, kata Pak Guru jangan ngomong!" Joni manyun. “Nah, itu kamu juga ngomong sekarang.” Amin membela diri, “Lha aku ngomong buat negur kamu!” Joni mengangkat alis. “Tetep aja, suaranya keluar dari mulut. Namanya juga ngomong!” Amin nggak mau kalah, “Tapi aku ngomong demi ketenangan kelas!” “Alasannya keren, tapi tetep aja kamu ngomong!” balas Joni. Dari bangku belakang, tiba-tiba Dani nyeletuk sambil sok kalem, "Makanya, aku sih diem aja dari tadi." Joni dan Amin kompak menoleh, lalu menunjuk ke Dani, "Nah! Sekarang kamu juga ngomong!" Dani melongo. “Lho?! Aku...
Baca Dongeng...Sabana 1: Ketika Monyet Menjadi Raja Hutan - Dongeng
Di tengah hamparan savana yang luas dan hangat, hiduplah berbagai hewan dalam kedamaian. Selama bertahun-tahun, mereka hidup di bawah kepemimpinan Raja Singa, seekor singa tua yang bijaksana. Walaupun tubuhnya sudah tidak sekuat dulu, ia selalu menjadi penengah adil di antara perselisihan, menjaga hukum rimba tetap berjalan damai. Namun, tak semua hewan puas dengan kedamaian itu. Seekor monyet yang cerdik tapi suka membuat onar mulai gelisah. Ia merasa bisa memimpin savana dengan lebih baik. “Mengapa hewan seperti aku, yang pintar memanjat dan bersuara nyaring, tidak boleh menjadi raja?” pikirnya setiap hari. Suatu pagi, saat hewan-hewan berkumpul untuk mendengarkan petuah Raja Singa, si monyet tiba-tiba memanjat ke atas batu besar dan berteriak: “Raja kita sudah tua dan lemah! Aku lebih cepat, lebih pintar, dan lebih aktif! Serahkan takhtamu, wahai Singa Tua!” Semua hewan terdiam. Burung-burung berhenti berkicau, dan padang rumput seolah membeku. Singa tua memandangi monyet itu dengan mata tenang dan berkata, “Jika kau benar-benar ingin menjadi raja, kau tak perlu berteriak dan membuat keributan. Aku sudah lelah. Aku akan turun tahta... dengan satu syarat.” Monyet yang terkejut langsung menegakkan punggungnya, “Syarat apa, wahai Raja?” “Jadilah raja yang bijak. Jaga savana dengan adil. Pimpinlah dengan hati, bukan hanya suara dan canda.”...
Baca Dongeng...